TI. Jakarta: Burung Dekukur yang memiliki suara khas "Tekukur ku" ternyata banyak juga peminatnya, burung tersebut sekilas nampak biasa-biasa saja baik dari segi penampilan maupun suara, namun lain bagi pecinta burung khususnya Tekukur, mereka dapat mengkategorikan berbagai jenis dan keturunan. Seperti misalkan keturunan Klantan suara dan bodi berbeda dengan tekukur lokal, cenderung besar tetapi banyak juga yang menyukai tekukur jenis lokal atau yang sering kita jumpai di pematang sawah maupun ladang, karena burung ini suka turun di hamparan terbuka selain mencari makan juga berjemur.
Lomba:
Dalam hal perlombaan masing-masing wilayah memiliki ciri khas sendiri yakni seperti Malaysia,Brunai,Thailand,dan Singapura, dalam hal lomba burung ini yakni lomba memikat burung liar, bahkan anggota mereka dalam jejaring sosial seperti facebook, mencapai ratusan hingga ribuan, menurut salah satu sumber dari warga Malaysia Zulkifli menerangkan " ini suatu tradesi dan warisan jadi kita musti mempertahankan dan mewariskan ke anak cucu kita" lalu ketika disindir hasil tangkapan dibawa kemana Zul menuturkan, bahwa BB (Burung Hutan) yang baik akan disimpan atau di pelihara dan yang tidak bagus akan dilepas kembali.
Tradisi memikat rupanya juga sudah menyebar di Indonesia, kalau burung ocehan sepertinya sudah banyak tetapi kalau memikat tekukur kemungkinan jarang dan belum begitu banyak seperti di Malaysia dan lainnya. Namun di Group facebook Tekukur Indonesia anggotanya semakin lama semakin bertambah pesat, terpantau akhir minggu ini saya hampir 800 orang yang bergabung baik hanya bertanya maupun ingin bertukar berbagai pengalaman.
Semoga saja dengan banyaknya masyarakat yang mencitai satwa ini tidak mengganggu #tekukueindonesia #pikat Tekukur keberadaannya di alam bebas. (Sf)
Lomba:
Dalam hal perlombaan masing-masing wilayah memiliki ciri khas sendiri yakni seperti Malaysia,Brunai,Thailand,dan Singapura, dalam hal lomba burung ini yakni lomba memikat burung liar, bahkan anggota mereka dalam jejaring sosial seperti facebook, mencapai ratusan hingga ribuan, menurut salah satu sumber dari warga Malaysia Zulkifli menerangkan " ini suatu tradesi dan warisan jadi kita musti mempertahankan dan mewariskan ke anak cucu kita" lalu ketika disindir hasil tangkapan dibawa kemana Zul menuturkan, bahwa BB (Burung Hutan) yang baik akan disimpan atau di pelihara dan yang tidak bagus akan dilepas kembali.
Tradisi memikat rupanya juga sudah menyebar di Indonesia, kalau burung ocehan sepertinya sudah banyak tetapi kalau memikat tekukur kemungkinan jarang dan belum begitu banyak seperti di Malaysia dan lainnya. Namun di Group facebook Tekukur Indonesia anggotanya semakin lama semakin bertambah pesat, terpantau akhir minggu ini saya hampir 800 orang yang bergabung baik hanya bertanya maupun ingin bertukar berbagai pengalaman.
Semoga saja dengan banyaknya masyarakat yang mencitai satwa ini tidak mengganggu #tekukueindonesia #pikat Tekukur keberadaannya di alam bebas. (Sf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar