Burung Tekukur, (Spodove) hidup di berbagai belahan dunia dan dari corak warna hingga suaranyapun berbeda-beda namun masih family. Nah di Indonesia sendiri keberadaan burung tersebut sebagain masyarakat terutama di pedesaan menganggapnya sebagai hama, karena sering merusak benih tanaman yang sedang ditebar oleh para petani setempat. Maka tak heran jika kemudian burung ini banyak ditembak dan diracun.
Terlepas dari itu sebenernya burung ini sangat bagus dari segi suara yang beralun dan berirama indah, sebagian masyarakat di negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand,Singgapura, Brunai, dan China burung ini salah satu burung menjadi piaraan atau untuk kompetisi perlombaan,
Lomba:
Untuk di Indonesia sendiri burung tekukur masuk lomba dalam kategori suara indah segangkan di Malaysia dan China lomba dari burug ini yaitu kompetisi pikat, caranya setiap peserta memiliki burung tekukur yang siap pikat burung liar dan setiap perlobaan ditentukan waktu star dan finish. siapa dapat banyak dan siapa paling cepat itulah pemenangnya.
Seni Pikat:
Menurut cerita sejarah pikat di Indonesia sendiri sebetulnya sudah sejak kerajaan Majapahit seni pikat itu ada namun seiring berjalannya waktu seni pikat sudah mulai ditinggalkan atau memang kasta, jaman dahulu kemungkinan yang boleh memikat hanya orang-orang tertentu sedangkan masyarakat umum belum tentu diperbolehkan.
Sejak 2013-2014 mulai terbentuk komunitas pikat tekukur di Indonesia dengan berbagai informasi dari Komunitas di Malaysia, membangun hubungan yang sama diantara sesama penghobi, keberadaan pemikat sendiri di Indonesia juga belum banyak diterima di kalangan masyarakat karena dalam benak mereka, pemikat salahsatu pengusik keberadaan burung tekukur liar, tetapi dalam forum tekukur hal tersebut segera mendapat bantahan dari klub pikat tekukur, seni pikat bukan seolah-olah memikat burung lalu hasilnya diperjualbelikan ke pasar-pasar burung, melainkan hanya sekedar menyalurkan hobi dan melestarikan tradesi tersebut, bahkan mereka berkata "bahwa pemikat memiliki pekerjaan mandiri".
Hasil pikat sebagian dilepas oleh pelaku ditempat yang dilokasi tersebut tidak ada burung tekukur itu sendiri harapanya agar kelak burung tekukur lestari dialam bebas agas seni pikat tetap lestari. (Sf)
Terlepas dari itu sebenernya burung ini sangat bagus dari segi suara yang beralun dan berirama indah, sebagian masyarakat di negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand,Singgapura, Brunai, dan China burung ini salah satu burung menjadi piaraan atau untuk kompetisi perlombaan,
Lomba:
Untuk di Indonesia sendiri burung tekukur masuk lomba dalam kategori suara indah segangkan di Malaysia dan China lomba dari burug ini yaitu kompetisi pikat, caranya setiap peserta memiliki burung tekukur yang siap pikat burung liar dan setiap perlobaan ditentukan waktu star dan finish. siapa dapat banyak dan siapa paling cepat itulah pemenangnya.
Seni Pikat:
Menurut cerita sejarah pikat di Indonesia sendiri sebetulnya sudah sejak kerajaan Majapahit seni pikat itu ada namun seiring berjalannya waktu seni pikat sudah mulai ditinggalkan atau memang kasta, jaman dahulu kemungkinan yang boleh memikat hanya orang-orang tertentu sedangkan masyarakat umum belum tentu diperbolehkan.
Sejak 2013-2014 mulai terbentuk komunitas pikat tekukur di Indonesia dengan berbagai informasi dari Komunitas di Malaysia, membangun hubungan yang sama diantara sesama penghobi, keberadaan pemikat sendiri di Indonesia juga belum banyak diterima di kalangan masyarakat karena dalam benak mereka, pemikat salahsatu pengusik keberadaan burung tekukur liar, tetapi dalam forum tekukur hal tersebut segera mendapat bantahan dari klub pikat tekukur, seni pikat bukan seolah-olah memikat burung lalu hasilnya diperjualbelikan ke pasar-pasar burung, melainkan hanya sekedar menyalurkan hobi dan melestarikan tradesi tersebut, bahkan mereka berkata "bahwa pemikat memiliki pekerjaan mandiri".
Hasil pikat sebagian dilepas oleh pelaku ditempat yang dilokasi tersebut tidak ada burung tekukur itu sendiri harapanya agar kelak burung tekukur lestari dialam bebas agas seni pikat tetap lestari. (Sf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar